Rabu, 03 Juni 2015

Mental Kaya

Tak perlu berkecil hati jika kamu belum mampu memiliki rumah sendiri. Tak perlu gelisah jika pekerjaanmu sekarang bukanlah yang kamu yakini akan kamu geluti hingga masa pensiun nanti. Lebih tak perlu lagi membanding-bandingkan pencapaianmu selama ini dengan prestasi teman-temanmu:
“Dia seumuranku udah bisa beli mobil sendiri dan liburan ke luar negeri. Lah aku ngapain aja?”
Perasaan bahwa kamu belum menjadi siapa-siapa dan belum punya apa-apa memang menyiksa. Bahkan mungkin kamu mengira bahwa keadaan yang hanya sementara ini akan berlangsung selamanya. Padahal kamu masih muda, wajar jika “belum punya apa-apa”. Di umur sekarang, lebih baik kamu fokus menumbuhkan dan menempa mental kaya.
Kekayaan dimulai bukan hanya dari tangan dan kerja keras, namun juga mental dan perilaku cerdas.
Sebelum merasa kalah telak dibandingkan temanmu yang sudah bisa membuka usaha atau sukses di usia muda, tanyakanlah dirimu sendiri: apakah mental kaya ini sudah kamu miliki?
Mereka yang bermental kaya tak pernah “kaget” jika punya rezeki tambahan. Daripada dihambur-hamburkan, uang itu akan disimpan demi hal-hal yang benar-benar mereka butuhkan
Belajar mengatur uang Banyak orang akan langsung “balas dendam” memenuhi keinginan yang sempat tertunda ketika kebetulan diberi rezeki berlebih. Mereka takut, kalau tidak menghabiskan uang lebih yang mereka punya saat itu juga, rezeki mendadak itu akan lenyap begitu saja sementara hasrat mereka belum terpuaskan sepenuhnya. Padahal, tingkah laku impulsif seperti ini justru membuat mereka sulit menyimpan uang untuk hal-hal yang benar-benar mereka butuhkan.
Mereka yang bermental kaya tidak takut kehilangan. Justru mereka melatih diri agar pandai-pandai mengatur keuangan.
Sebab mereka tahu, tiap diberi rezeki mendadak, kebutuhan hidup juga bisa muncul mendadak.
Mereka pelit pada diri sendiri, asal tabungan aman dan kebutuhan tercukupi. Namun untuk orang lain di sekitarnya, mereka tak segan mengeluarkan uangnya.
Li Ka Shing
untuk investasi. Bersusah-susah di masa sekarang, berharap hidup yang lebih baik di masa depan.
Prinsip keras pada diri sendiri ini diterapkan oleh Li Ka Shing, orang terkaya se-Asia. Saat masih berjuang dari bawah dulu, Li Ka-Shing hanya sarapan dua telur tiap pagi supaya bisa punya uang untuk ditabung. Ia bekerja keras di perusahaan yang menjadikannya karyawan, supaya gajinya bisa naik tiga bulan sekali. Jika performanya buruk dan ia tak naik gaji, ia akan menampar dirinya sendiri dengan tas jala yang diisi tahu. Bahkan sampai sekarang ia dikenal dengan penampilan sederhana: jam tangan murah merk Seiko dan sepatu pantofel yang dibeli di pinggir jalan.
Sebaliknya, Li Ka-Shing sangat royal pada orang-orang di sekitarnya. Sekali seminggu ia akan mentraktir makan malam seseorang yang ia anggap bisa menjadi partner potensial di masa depan. Harapannya, orang-orang itu akan mengingat sifat Pak Li yang royal dan akan mengembalikan kebaikan itu ketika beliau membutuhkannya.
Itulah ciri-ciri orang yang bermental kaya: pelit pada diri sendiri, namun royal pada orang-orang di sekitarnya.
Mereka pun tidak menggenggam erat-erat apa yang mereka punya. Tangan mereka ringan untuk berbagi pada sesama
Dermawan dan mau berbagi
You can’t be called a rich man by counting money but by giving it to those who have nothing to count
-Vikrant Parsai-
Orang yang  kaya tak pernah merasa begitu miskin hingga menjadi kikir. Alih-alih menggenggam erat harta yang mereka miliki, mereka justru lebih banyak berbagi. Rata-rata mereka menyisihkan 10% pendapatannya untuk dibagi kepada mereka yang membutuhkan.
Hal ini tak hanya dilakukan oleh mereka yang banyak harta, bahkan orang yang biasa saja juga melakukan hal yang sama. Bukankah dengan bersikap selayaknya orang kaya yang dermawan justru lebih baik daripada hanya bersikap kikir seolah-olah kita adalah orang yang tak punya? Mereka juga percaya bahwa berbagi dengan sesama adalah hal yang harus dilakukan agar kamu benar-benar menjadi orang kaya yang sebenarnya.
Meski ingin punya banyak uang, mereka tak pernah merasa kekurangan. Para calon orang kaya selalu bersyukur atas apa yang dia punya.
Syukur dengan apa yang mereka punya
Mereka yang bermental kaya tak pernah merasa kekurangan karena apa yang dimilikinya. Sebaliknya, mereka pandai bersyukur — karena syukur membuat kita menjadi pribadi yang lebih lapang dada.
Orang yang kaya tak serta merta selalu mengeluh atas segala kekurangan yang mereka miliki. Meski hanya memiliki sepiring nasi, mereka tak pernah sekalipun merutuki nasib diri. Mereka sadar betul bahwa masih banyak orang-orang di luar sana yang nasibnya tidak lebih baik dari mereka. Orang-orang seperti ini adalah mereka yang ringan tangan serta suka membantu sesama, meski (belum) memiliki banyak harta.
Mereka yang bermental kaya juga tak pernah bingung apa tujuan hidupnya. Selalu ada mimpi yang menyemangati mereka untuk meraih lebih dari yang sekarang mereka punya
Kemampuan merencanakan keuangan
Kekayaan harus direncanakan dalam keseharian kita agar segala pengeluaran dan pemasukan bisa terarahkan dengan jelas. Dengan melakukan perencanaan, secara tak langsung kita juga telah ikut andil dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Untuk apa kamu mau menjadi kaya? Kenapa penting bagimu punya lebih banyak dari yang sekarang kamu punya?
Tanpa bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, kerja kerasmu akan terasa hampa. Sebuah mimpi untuk menjadi kaya membuatmu memiliki rencana nyata. Sebuah impian untuk menjadi kaya juga akan menyemangati dirimu untuk lebih keras berusaha, hingga akhirnya kamu memiliki lebih banyak dari apa yang sekarang kamu punya.
Jadi, apakah mental kaya ini sudah kamu miliki?                                                                                            
 
Sumber: Hipwee
                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar